slide 1 title

Pertambangan timah daerah Pemali, dengan tipe greisen dan batuan pembawa granit. .

slide 2 title

Strukutur daerah pemali yang terdapat pada batuan filit. merupakan aerole pada daerah tersebut.

slide 3 title

Sayatan tipis (thin section) granite pembawa mineral greisen penghasil bijih timah (sn) pada daerah pemali berumur trias-yura. mineral yang terlihat kuarsa, muskovit.

slide 4 title

Sayatan tipis (thin section) granite pembawa mineral greisen penghsil bijih timah (sn) pada lokasi yang berbeda, menunjukan mineral kuarsa.

slide 5 title

Struktur pada daerah pemali. urat kaoline yang memotong urang tourmaline (?).

Senin, 30 Desember 2013

Software Geologi

Udah lama gak nulis, mandeg bro. Bukannya banyak kerjaan tapi malah gara-gara gak ada kerjaan. Kali ini ane mau share tentang Daftar software-software geologi yang bisa agan-agan download. Softwarenya free, tanpa DP. Kebanayakan tentang geokima dan analisis struktur. Lumayan buat agan-agan yang lagi tugas akhir atau lagi ada project-project yang bisa terkait. Tampilannya lumayan dan menurut ane easy using. So, this is the website, and have a nice download.


sebelum ke tekape, tinggalin komen gan. 

Rabu, 25 September 2013

Review mineral pada skala Mohs (1822)


Sekarang ane mau review tentang mineral-mineral yang ada di skala mohs. Skala Mohs itu digunakan untuk menentukan atau sebagai parameter kekerasan mineral yang ada di bumi. Menurut Doddy (1987), kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan gan.  Nah, kekerasan itu sendiri ditentuin sama susunan dalam dari atom-atom penyusun mineral tersebut. Mohs (1822) telah mengadakan suatu penentuan mineral yang nantinya dan sampai sekarang telah menjadi parameter dalam menentukan kekerasan mineral gan. Oke, kita review satu-satu mineralnya dari yang paling lunak sampai yang paling keras (kalo gak percaya digigit aja gan)

1.       Talk


Kelompok : silika-phyllosilika
Sistem kristal : tricilinc atau monoclinic
Komposisi mineral : Mg3Si4O10(OH)2
Warna : putih, tidak berwarna, hijau, kuning atau coklat
Bentuk (habit) : foliated dan fibrous  masses
Kekerasan : 1
Belahan : sempurna
Pecahan : uneven hingga subconchoidal
Kilap : pearly hingga greasy
Cerat : putih
Specific gravity : 2,8
Transparansi : translucent

2.       Gipsum

   
 Kelompok  : sulfat
Sistem kristal : monoklinik
Komposisi mineral : CaSO4.2H2O
Warna : tidak berwarna, putih, coklat cerah, kuning, merah muda
Bentuk (habit) : prismatic hingga tabular
Kekerasan : 2
Belahan : sempurna
Pecahan : splintery
Kilap : subvitreous hingga pearly
Cerat : putih
Specific gravity : 2,3
Transparansi : transparan hingga translucent
Reflection index : 1,52 – 1,53

3.       Kalsit




Kelompok : karbonat
Sistem kristal : hexagonal atau trigonal
Komposisi mineral : CaCO3
Warna : tidak berwarna, putih
Bentuk (habit) : scalenohedral, rhombohedral
Kekerasan : 3
Belahan : sempurna
Pecahan : subconchoidal, brittle
Kilap : vitreous
cerat : putih
Specific gravity : 2,7
Transparansi : transparan
Reflection index : 1,48 – 1,66

4.       Fluorit



Kelompok : Halides
Sistem kristal : cubic
Komposisi mineral : CaF2
Warna : terbentuk dalam banyak warna
Bentuk (habit) : cubic, octahedral
Kekerasan : 4
Belahan : sempurna
Pecahan : flat, conchoidal
Kilap : vitreous
cerat : putih
Specific gravity : 3,0 – 3,3
Transparansi : transparan
Reflection index : 1,43

5.       Apatit


Kelompok : phospate
Sistem kristal : hexagonal atau monoclinic
Komposisi mineral : Ca5(PO4)3(F,OH,Cl)
Warna : hijau, biru, violet, ungu, tidak berwarna, kuning atau rose
Bentuk (habit) : prismatik panjang atau pendek, tabular
Kekerasan : 5
Belahan : indistinct, variable
Pecahan : choncoidal hingga uneven
Kilap : vitreous, waxy
cerat : putih
Specific gravity : 3,1 – 3,2
Transparansi : transparent hingga translucent
Reflection index : 1,63 – 1,64

6.       Ortoklas

Kelompok : silika/tectosilika
Sistem kristal : monoclinic
Komposisi mineral : KALSi3O8
Warna : tidak berwarna, putih, cream, kining, merah muda, coklat hingga merah
Bentuk (habit) : prismatik pendek
Kekerasan : 6 – 6,5
Belahan : sempurna
Pecahan : subconchoidal hnga uneven, brittle
Kilap : vitreous
cerat : putih
Specific gravity : 2,5 – 2,6
Transparansi : transparant hingga translucent
Reflection index : 1,51 – 1,54

7.       Kuarsa

Kelompok : silika / tektosilika
Sistem kristal : hexagonal  trigonal
Komposisi mineral : SiO2
Warna : tidak berwarna
Bentuk (habit) : prismatic
Kekerasan : 7
Belahan : -
Pecahan : conchoidal
Kilap : vitreous
cerat : putih
Specific gravity : 2,7
Transparansi :transparan
Reflection index : 1,54 – 1,55

8.       Topas

Kelompok : silika / nesosilika
Sistem kristal : orthorombhic
Komposisi mineral : Al2SiO4(F,OH)2
Warna : tidak berwarna, biru, kuning, merah muda, coklat, hijau
Bentuk (habit) : prismatic
Kekerasan : 8
Belahan : perfect basal
Pecahan : subconchoidal hingga uneven
Kilap : vitreous
Cerat : tidak berwarna
Specific gravity : 3,4 – 3,6
Transparansi : transparant hngga trasnlucent
Reflection index : 1,62 – 1,63

9.       Korondum

Kelompok : oksida
Sistem kristal : hexagonal - trigonal
Komposisi mineral : Al2O3
Warna : terbentuk dalam banyak warna
Bentuk (habit) : pyramidal, prismatic barrel
Kekerasan : 9
Belahan : -
Pecahan : conchoidal hingga uneven
Kilap : adamatine hingga vitreous
Cerat : tidak berwarna
Specific gravity : 4,0 – 4,1
Transparansi : transparent
Reflection index : 1,76 – 1,77

10.   Intan

Kelompok : native element
Sistem kristal : cubic
Komposisi mineral : C
Warna : putih hingga hitam, tidak berwarna, kuning, merah muda, merah, biru, coklat
Bentuk (habit) : octahedral, cubic
Kekerasan : 10
Belahan : perfect octahedral
Pecahan : conchoidal
Kilap : adamantine
Cerat : akan menggores papan cerat (mungkin sangking kuatnya gan, hahaha)
Specific gravity : 3,4 – 3,5
Transparansi : transparant hingga opaque
Reflection index : 2,42

Nah, segitu dulu review tentang mineral dalam skala Mohs (1822), komen dari agan/wati yang baek ane tunggu.





Selasa, 24 September 2013

Panduan Kerja Lapangan

Kali ini ane mau nge-share tentang apa aja yang harus dilakukan sewaktu kita di lapangan, ya setidaknya data itu yang jadi patokan dan data yang wajib kita punya sewaktu di lapangan. Ane ngambil refrensi dari mbak angela dalam bukunya yang berjudul (jeng injeng) Geological Field Techniques. Di buku ini banyak bahas tentang SOP (bukan sop buah atau sayur, tapi standart operasional procedure) yang harus dimiliki seorang ahli kebumian, mulai dari peralatan, data-data yang harus diambil dari setiap sample batuan, kan paling gak ada 3 jenis batuan yang ada di bumi ini (kalo di mars mah, ane gak tau ya gan, tanya marsologist, orang yang mempelajari mars, emang ada?) pasti perlakuan terhadap jenis batuan tersebut beda-beda lah, mulai dari peralatannya, sampai teknik dan apa aja yang harus diambil. Nah, ane mulai

Objek yan diteliti
Data yang harus diambil
geologi umum
Data litologi, struktural, umur yang diambil dari singkapan yang dapat mewakili (representative)
Rekonstruksi sejarah geologi di suatu daerah
Data kisaran umur relatif dan informasi geologi dasar (terutama stratigrafi) dari setiap unit di suatu daerah dan hubungan tiap unit tersebut. (unit dapat berarti satuan, atau formasi)
Membuat peta geologi
Data litologi dan struktural sebanyak mungkin dari singkapan yang representativ
Menentukan lingkungan pengendapan sedimen
Membuat log (kolom stratigrafi) baik sediment maupun paloentologi, sketsa dan analisis facies
Membuat rekaman dari periode perubahan iklim
Membuat log yang ditekankan pada pengumpulan data yang dapat mengindikasikan perubahan cuaca (seperti isotop karbon)
Menentukan sejarah kenaikan muka air laut dalam skala waktu geologi
Membuat log sepanjang garis transgersi dan regresi; menerapkan ilmu sequence stratigrafi
Biostratigrafi
Mengumpulkan data fosil secara sistematis melalui stratigrafi atau sample untuk analisis mikrofosil
Menentukan tingkat kejadian kepunahan
Merekam awal kemunculan dan kepunahan dari suatu fosil
Menetukan pembentukan batuan beku
Menentukan mineral termasuk kehadiran dan ketidakhadiran dari fenokris, ukuran mineral, bemtuk dan kemas, dan vesicles, menentukan hubungan potong-memotong
Memantau kejadian gunung api aktif
Seismik, emisi gas, gravitasi, temperatur
Mengumpulkan sampel untuk analisis geokimia guna mengetahui proses yang terjadi di bumi
Posisi dari singkapan dimana sample diambil bentuk dan karakteristik tubuh batuan
Menentukan lokasi sumber daya mineral
Pemetaan dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis
Merekan proses deformasi pada suatu daerah
Pemetaan, pengukuran struktur, penampang sayatan dan stereonet
Memprediksi dan memantau kegiatan gempa bumi
Pemetaan dan pengukuran geofisika


Sekian sharing ane tentang pengumpulan data. Tapi pada dasarnya semuanya tergantung dari insting dan pengalaman dari agan dan aganwati, semakin sering agan/aganwati ke lapangan semakin terasah insting dan pengalaman agan, semakin jos penerapan ilmu agan/wati.

Review granit suite di Sumatra dan Kalimantan


Oke, kali ini ane mau coba share tentang kenapa ada granit di daerah sumatra, bangka dan belitung, dan sebagian pada daerah kalimantan barat. Terbentuknya granit-granit tersebut sebenarnya dipengaruhi oleh evolusi magma yang terjadi. Nah, teori-teori yang berkembang selama ini kan, mother of magma (istilah ane doang gan, hahaha) atau magma asal itu berkomposisi basa. Kenapa? Karena yang mengalami partial melting atau peleburan pada awalnya adalah kerak samudra yang notabene berkomposisi basa. Nah, kenapa bisa jadi granit yang memiliki komposisi asam?. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah evolusi magma tadi, yaitu magma mixing atau mingling atau bahkan asimilasi magma.  (Penjelasan tentang evolusi magma bisa dilihat disini). 

Nah, kenapa cuma ada di sumatra, dan sebagian di kalimantan barat. Review dari buku Geotectonic of Indonesia karya om J.Katili, subduksi yang terjadi di sumatra berbeda dengan yang terjadi di pulau jawa. Semakin jauh jarak yang ditempuh oleh magma untuk bisa naik ke atau dekat kepermukaan, semakin banyak material-material dari batuan samping yang ikut terleburkan, sehingga mengubah komposisi magma  asalnya. Review dari buku Sumatra Geology, Resources, and Tectonic Evolution, Granit pada daereha sumatra berasal dari 2 proses, yaitu pada karbon-perm terjadi konvergen dan collision yang diikuti subduksi di batas jalur kontinental pada trias-awal yura (hutchison, 1994; McCourt et al.1996).

Granit yang ada di pulau sumatra, bangka dan belitung, serta kalimantan juga merupakan granit yang terbentuk pada periode yang berbeda. Granit yang terbentuk pada sumatra merupakan granit pada jaman cretaceous (kapur) sedangkan pada pulau bangka dan belitung terbentuk pada Trias. Jadi zona subduksi yang terbentuk mengalami pemunduran kearah barat sumatra. Dari peta struktur yang dipublish oleh J.A.Katili. terdapat 2 subduksi yang ada pada trias-yura, yaitu di kalimantan dan sumatra. Granit yang ada dikalimantan dan kepulauan bangka belitung merupakan hasil dari subduksi yang terjadi dikalimantan, sedangkan granit yang ada di sumatra merupakan hasil dari subduksi yang terjadi disumatra. Kepulauan bangka belitung termasuk dalam main range province of granit, kalimantan termasuk dalam eastern province dan sumatra dalam western province (sumatra, geology, resource and tectonic evolution,2005)

Sekian dulu reviewnya, memang masih banyak yang belum ane baca, jadi postingannya baru sebatas introduce tentang granit-granit tersebut. Nanti ane coba update lagi, kalo udah dapet refrensi beru. Ditunggu komen dari agan/wati yang baik hati.

Evolusi magma (modification of Magma)


Sekarang ane mau coba berbagi tentang tahapan atau apa aja yang terjadi pada saat evolusi magma. Sumber yang ane coba share berasal dari Raymond dalam bukunya “Petrology”. Pada buku itu, beliau menyebutkan bahwa modifikasi magma pada dasarnya terbentuk oleh 3 proses yaitu differensiasi, mixing dan asimilasi. Setiap proses akan menghasilkan karakteristik tersendiri gan, jadi para petrologist bisa mendeterminasi proses apa yang udah terjadi pada suatu batuan pada saat si DOI terbentuk.

Difrensiasi magma (Differentiation of Magmas)
Sebenarnya, difrensiasi magma itu salah satu rangkaian dari berbagai macam proses. Kayak crystal-liquid fractionation, liquid immisicibility, vapor transport dan diffusion. Ane coba jelasin atu-atu gan. Crystal-liquid fractionation merupakan proses pemisahan kristal dari liquid pada magma chamber. Prosesnya dapat termasuk dalam crystal settling dan floatasi atau juga dikenal dengan gravitional separation (pemisahan secara gravitasi), jadi nanti mineral berat yang terbentuk dahulu kala, akan jatuh ke dasar magma chamber dikarenakan berat jenis dengan magma yang berbeda dan adanya gravitasi yang menekan kebawah, jadi pada jatoh semua dan numpuk di dasar magma chamber. Trus ada liquid immiscibility mengacu pada pembentukan dan pemisahan 2 magma dari magma yang sama yang disebabkan oleh perubahan sifat fisik akibat tidak bercampurnya selama pendinginan. Jadi pada saat pendinginan, mereka gak dingin bareng-bareng (gak kompak) jadi ada yang sudah mendingin terlebih dahulu dan ada yang masih dalam fase melt. Sehingga terjadi perbendaan sifat fisik dan menyebabkan mereka bercerai (berpisah –red). Berpisah dalam hal ini bukan berarti salah satu magma pulang kerumah orang tuanya gan atau dalam artian dia berjalan sendiri. Menurut Naumov, pemisahan tersebut lebih seperti pencampuran antara oli dan cuka (nah lo, gimana tu. Ane juga belum pernah nyoba oli dicampur cuka). Next, ada vapor transport yang notabene menurut Trial dan Spera, tahap ini merupakan tahap yang tidak penting (minor importance) pada proses modifikasi magma. Terakhir ada difusi yang merupakan migrasi dari unsur kimia yang dihasilkan oleh reaksi hingga perbedaan tekanan, temperatur dan fase kimia. Jadi unsur-unsur tersebut bernomaden (berpindah, migrasi) dikarenakan adanya faktor-faktor seperti perbedaan tekanan, temperatur dan perubahan fase kimia pada magma chambernya.
Difrensiasi magma


magma mixing dan mingling
pada hakekatnya, magma mixing merupakan kebalikan dari proses liquid immiscibility (raymond, 2002). Magma mixing merupakan proses dimana terjadi pencampuran dari komposisi magma yang berbeda dan menghasilkan satu magma baru yang kurang lebih sama (jadi magma blasteran mungkin). Ada lagi istilah mingle, yang menurut Raymond merupakan magma yang tidak tercampur ketika mereka bertemu yang dikarenakan perbedaan sifat kimia dan fisika (mungkin analoginya kayak minyak sama air).

Asimilation
Asimilation sendiri mengacu pada berubahnya komposisi magma dikarenakan bercampurnya magma dengan batuan sampingnya. Jadi pada saat magma terbentuk dan dalam fase melt, batuan-batuan yang ada disamping magma, collapse, hancur dan masuk ke dalam magma. Hal ini menyebabkan komposisi magma jadi berubah gan, banyak atau sedikit setidaknya sudah terjadi pencampuran dengan material yang baru, sehingga komposisi magma jadi terubahkan.

Nah, segitu dulu tentang modifikasi magma. Mohon koment untuk perbaikannya. Salam geologi gan

Senin, 09 September 2013

Deret bowen (Bowen Reaction Series)


Sekarang ane mau coba share ilmu tentang deret bowen. Ini merupakan chart yang paling dasar (sedasar sumur) yang harus para akademis geologi tau. Sebagai panduan dalam penentuan jenis mineral-mineral yang ada pada saat pembentukan batuan untuk pertama kali. Dalam kasus ini batuan beku, karena mineral-mineral itu berasal dari proses pendinginan magma (walaupun bisa juga terbentuk dari proses sekundari, artinya terbentuk setelah mineral lain terbentuk tanpa harus mengalami peleburan. Sebenernya, komposisi dari magma itu tergantung dari beberapa faktor gan salah satunya kompoisisi batuan yang dileburkan pada saat pembentukan magmanya, sehingga dapur magma yang dihasilkan akan mempunyai komposisi mineral yang sedikit berbeda satu dengan yang lainnya, walaupun pada dasarnya, komposisi setiap dapur magma adalah sama yaitu basaltis. Kenapa? (kenapa hayo). Karena lapisan kerak bumi yang melebur pada dasarnya adalah sama, yaitu kerak samudra yang notabene tersususn oleh material dengan komposisi basaltis.
Deret bowen (atau bahasa jawanya bowen reaction series) itu dibuat oleh Om Norman L Bowen yang mencoba membuat penelitian tentang kumpulan mineral yang terbentuk pada saat pendinginan magama. Penelitiannya dimulai pada awal 1900.
Oke kita mulai. Ane tunjukin dulu chartnya. Ni die barangnnya.

(gambarnya ane browsing gan, sorry ane lupa alamatnya)


Gambar diatas itu menjelaskan bahwa mineral pertama yang terbentuk pada dasarnya cenderung mengandung silika rendah dan kandungan besi (Fe) yang tinggi dibandingkan dengan mineral yang terbentuk pada akhir proses dengan temperatur yang lebih rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada mineral plagioklas diartikan sebagai suatu seri yang menunjukkan terbentuknya mineral plagioklas yang tidak tergantikan dengan jenis mineral lain. Yang berubah pada seri reaksi menerus adalah adanya komposisi unsur Ca yang terganti menjadi Na sehingga mineralnya menjadi terubah, namun masih tetap dalam jenis plagioklas. Reaksi berubahnya komposisi plagioklas ini dinamakan derat solid solution yang artinya kristalisasi plagioklas Ca – Plagioklas Na, jika terjadi kesetimbangan akan berjalan menerus. Plagioklas ca sering disebut sebagai calcic plagioklas, sedangkan Na disebut sodic plagioklas/Alkali plagioklas.
Sedangkan seri tidak menerus (discontinuos) terdri dari mineral-mineral ferromagnesian (Fe-Mg). Dimama setiap penurunan temperatur dan tekanan, bukan hanya komposisi unsur-unsur tersebut yang terubahkan, tapi juga mineralnya berubah menjadi mineral baru dengan komposisi yang berbeda dengan mineral sebelumnya.
Refrensi lain yang ane baca, ada yang membagi seri reaksi bowen menjadi 2 golongan gan, yaitu (golongan orang-orang berimana dan yang tidak, Lho?) golongan mineral hitam atau mafik mineral dan golongan mineral putih atau felsik mineral (batuan dan mineral,1987). Yang berarti mineral hitam itu berarti mineral dengan komposisi unsur besi dan magnesium yang dominan sedangkan untuk golongan mineral putih, komposisi unsur besi dan magnesium menjadi berkurang sehingga warna mineral-mineral tersebut menjadi cerah tidak hitam lagi (jadi bukan karena pake pemutih ya gan mineralnya).

Mineral-mineral sebelah kiri (seri discontinuous) bertemu dengan mineral-mineral sebelah kanan (seri continuous) menjadi mineral muskovit. 

Sabtu, 24 Agustus 2013

Download E-book Geologi

Penambangan Timah (Flash Review)

Kali ini ane mau coba berbagi tentang penambangan timah di pulau Bangka. Cuma flash review, tentang kondisi di penambangan itu. Konon ceritanye gan, penambangan di pualu bangka itu dimulai waktu penjajahan belanda, dan kaum kompeni, itu sengaja ngirim orang-orang cina buat jadi pekerja di penambangan timah itu. Nah, itu salah satu sebab musabab kenapa ada etnis tionghoa yang bermukim di pulau bangka (kan secara logika aja, jauh banget orang cina mau ke indonesia, ada juga belajarlah sampai ke negeri cina, ini malah orang cina yang ke bangka, kan aneh, hehe). Nah, sekarang masyarakat lokal udah banyak yang jadi penambang timah, lumayan gan sekilo bisa 80 sampe 100 rebu, ya jangan dibandingin sama emas ya gan. Disini orang-orang bisa dapet 2-5 kilo dengan alat seadanya (adanya sendok ya sendok, adanya garpu ya mending gak usah, mau makan apa nambang??). tapi sayangnya, penambangan yang dilakukan ama pekerja itu gak mengindahkan AMDAL tentang lingkungan. SO, yang tersisa hanya puing-puing belaka. Habis timah disedot, bekas tambang dibiarkan. Ane punya dokumentasi sedikit tentang penambangannya itu.



foto kegiatan penambangan. Lumpur everywhere

somebody lost. anak hilang ditengah lokasi tambang (becanda gan, temen ane ntu)

TS dilokasi tambang

Alphabetic Classification dalam Granit

Udah lama gak posting nih, maklum ada kendala teknis. Untuk menghibur agan-agan yang galau, ane mau share ilmu yang kebetulan lagi ane dalemin. Hitung-hitung buat ngelem itu ilmu di otak. Oke kali ini tentang klasifikasi granit yang pernah terkenal dan beredar di kalangan ahli geologi tempo dulu (mungkin jaman orde lama). namanya “Alphabetic classification” yang artinya klasifikasi alfabet.

Ada beberapa ahli geologi yang pernah mengenalkan klasifikasi ini, ya mungkin niatnya buat mempermudah penamaan dari jenis batu yang satu ini. Nah, biar gak ribet ahli-ahli geologi tersebut menggolongkannya dengan huruf jadi mudah diingat. Tapi sekarang udah banyak klasifikasi-klasifikasi terupdate lainnya yang sudah dipake oleh ahli geologi di seluruh dunia kayak yang menggunakan parameter geokimia. Nah itu nanti ane jelasin lagi.

Oke, ane ambil dari jurnal yang dipublis oleh ahli geologi amerika dan australia yang berjudul “A geochemical classification for granitic rocks” tahun 2001, ahli geologi yang pertama mengemukakan sistem klasifikasi ini adalah om chappel dan om white tahun 1974 mereka mengemukakan penggolongan granit yaitu I-type granite dan S-type granit. Menurut beliau-beliau, I-type granit memiliki ciri yaitu (tinggi 165 cm, cantik, rambut botak, lho?) bersifat metaluminous (metaluminous bukan berarti ahli ironman ya, mentang-mentang namanya metal, kalo penasaran check this one https://www2.imperial.ac.uk/earthscienceandengineering/rocklibrary/viewglossrecord.php?gID=00000000016) hingga bersifat peraluminous lemah, pada umumnya bersifat sodic dan memiliki kandungan silika dari 56 % sampe 77 % dan terbentuk dari sumber (source) batuan metaigneous. 

Nah untuk S-type granit menurut beliau-beliau, dia punya ciri bersifat peraluminous, dengan sifat yang lebih felsic dan memilki kandungan silika berkisar antara 64 % - 77 %. Granit tipe ini berasal dari sumber metasedimen.

Pada tahun 1979, om loisselle dan wones membuat gebrakan baru dengan meluncurkan tipe granit lain lagi yang masih termasuk dalam sistem alfabet ini yaitu A-type granit. Mereka mengemukakan bahwa granit dengan tipe ini relatif memiliki sifat potasi dengan kandungan FeO yang tinggi serta kandungan unsur seperti Zr yang cukup tinggi juga. A-type granit berasal dari proses anorogenik. Namun om white tidak mau kalah (wah om putih ini, ternyata mau eksis terus, ups. Peace). Pada tahun 1979, beliau memasukan jenis granit yang baru, yaitu M-type granit. Granit tipe ini berasal dari mantle di bumi. Jadi asal magma langsung dari mantel yang naik dan membeku sehingga membentuk granit. Granit M-type biasanya terbentuk pada island arc.

Nah, yang terakhir itu ada om Kilpatrick (bukan temennya Kilspongebob gan) dan Ellis pada tahun 1992 memberikan penamaan baru lagi untuk klasifikasi alfabet ini, yaitu C-type granit. Granit tipe ini terbentuk dari magama tipe charnockitic (opo mene kie, haha. Ini penjelasan  yang baru ane dapet http://en.wikipedia.org/wiki/Charnockite). Namun tak ada gading yang tak martin eh yang tak retak, jadi klasifikasi ini juga punya beberapa kelemahan. Sehingga muncullah klasifikasi terbaru. Itu lah ilmu pengetahuan sob, kita tidak bolah berpendapat bahwa sesuatu itulah yang paling benar. Ilmu itu dinamis, akan terus berkembang sesuai dengan perabaruan data. Heheh. Nah sekian pembahasan tentang alphabetic classification dari ane. 

Selasa, 16 Juli 2013

klasifikasi lereng van Zuidam (1985)

Klasifikasi lereng berdasarkan van Zuidam (1985)
Kelas Lereng
Proses penciri dan kondisi lapangan
Warna yang disarankan
0o-2o (0%-2%)
Datar (flat) atau hampir datar, dengan proses denudasional yang tidak cukup besar dan pengikisan permukaan yang tidak intensif dibawah kondisi kering
Medium Dark green (hijau gelap)
2o-4o (2%-7%)
Sedikit miring (gently slope), dengan pergerakan massa berkecepatan rendah dari berbagai proses periglacial, solifluction dan fluvial.
Hijau cerah

4o-8o (7%-15%)
Miring (sloping), memiliki kondisi yang hampir sama dengan gently slope, namun lebih mudah mengalami pengikisan permukaan, dengan erosi permukaaan yang intensif.
Kuning cerah
8o-16o (15%-30%)
Agak curam (moderately steep), semua jenis pergerakan massa terjadi, terutama periglacial-solifluction, rayapan, pengikisan dan adakalanya landslide.
Kuning oranye
16o-35o (30%-70%)
Curam (steep), proses denudasional dari semua jenis terjadi secara intensif (erosi, rayapan, pergerakan lereng).
Merah cerah
35o-55o (70%-140%)
Sangat curam (very steep), proses denudasional terjadi secara intensif.
Medium Dark red (merah gelap)
>55o (>140%)
.Curam ekstrem (extremely steep), proses denudasional sangat kuat, terutama “wall denudational”
Medium dark purple (ungu gelap)

nb:
Periglacial merupakan proses, kondisi, daerah, iklim-iklim, dan kenampakan topografi pada bagian tengah dari gletser yang dipengaruhi oleh temperatur yang dingin dari es tersebut.
Solifluction merupakan pergerakan pada lereng (longsor) dengan kecepatan rendah dari soil dan material di permukaan  yang normalnya 0.5-5 cm/tahun terutama aliran yang terjadi pada elevasi tinggi.




Secara genetik, warna yang direkomendasikan oleh van Zuidam adalah
1.      Struktur (ungu)
2.      Vulkanik (merah)
3.      Denudasional (coklat)
4.      Marine (hijau)
5.      Fluvial (biru gelap)
6.      Glacial (biru terang)
7.      Aeolian (kuning)
8.      Karst (oranye)