Kali ini ane mau posting tentang sesuatu yang ekstrim, soalnye ane juga belum rada ngerti, tapi ane mau coba sharing. Tentang sejarah tektonik pulau jawa, jangan dipikir kalo nanti keluar gatot kaca atau gadjah mada, soalnya itu sejarah untuk SMA. oke kita mulai.
Pulau Jawa merupakan salah satu
pulau di Busur Sunda yang mempunyai sejarah geodinamik aktif, yang
jika dirunut perkembangannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
fase tektonik dimulai dari Kapur Akhir hingga sekarang. Kita bahas dari kapur akhir sampai paleocene ye,.
Fase tektonik awal terjadi pada
Mesozoikum ketika pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah timurlaut
menghasilkan subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang suture
Karangsambung-Meratus, dan diikuti oleh fase regangan (rifting phase)
selama Paleogen dengan pembentukan serangkaian horst (tinggian) dan graben
(rendahan). Aktivitas magmatik Kapur Akhir dapat diikuti menerus dari
Timurlaut Sumatra –Jawa-Kalimantan Tenggara. Pembentukan cekungan depan
busur (fore arc basin) berkembang di daerah selatan Jawa Barat dan Serayu
Selatan di Jawa Tengah. Mendekati Kapur Akhir – Paleosen, fragmen benua
yang terpisah dari Gondwana, mendekati zona subduksi
Karangsambung- Meratus. Kehadiran allochthonous micro-continents di
wilayah Asia Tenggara telah dilaporkan oleh banyak penulis (Metcalfe,
1996). Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zona
subduksi Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat Makasar teridentifikasi
di Sumur Rubah- 1 (Conoco, 1977) berupa granit pada kedalaman 5056 kaki, sementara
didekatnya Sumur Taka Talu-1 menembus basement diorit. Docking
(mera-patnya) fragmen mikrokontinen pada bagian tepi timur Sundaland
menyebabkan matinya zona subduksi Karang-sambung-Meratus dan
terangkatnya zona subduksi tersebut menghasilkan Pegunungan Meratus.
ni gambar rekonstruksi skematis perkembangan tektonik
kapur-paleosen (Prasetyadi, 2007)
Masih
membahas tentang sejarah tektonisme pulau jawa, evolusi tektonik tersier pulau
jawa memasuki periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan). Periode ini
terjadi Antara 54 jtl – 45 jtl (Eosen), dimana di wilayah Lautan Hindia
terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan berkurangnya
secara mencolok kecepatan pergerakan ke utara India.
Aktifitas pemekaran di sepanjang Wharton Ridge berhenti atau
mati tidak lama setelah pembentukan anomali 19 (atau 45
jtl). Berkurangnya secara mencolok gerak India ke utara dan matinya
Wharton Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda kontak pertama Benua
India dengan zona subduksi di selatan Asia dan menyebabkan terjadinya
tektonik regangan (extension tectonics) di sebagian besar wilayah Asia
Tenggara yang ditandai dengan pembentukan cekungan-cekungan utama
(Cekungan-cekungan: Natuna, Sumatra, Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai)
dan endapannya dikenal sebagai endapan syn-rift. Pelamparan extension
tectonics ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang sesar regional
yang telah ada sebelumnya dalam fragmen mikrokontinen. Konfigurasi
struktur basement mempengaruhi arah cekungan syn-rift Paleogen di wilayah
tepian tenggara Sundaland (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan Tenggara).