Senin, 14 November 2011

ULTISOL


Tanah ini memiliki bahan induk yang seringkali ­berbercak kuning, merah, dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat. Iklim pembentuk tanah ini adalah tropika dan subtropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Tanah ini dibentuk oleh proses pelapukan dan pembentukan tanah yang intensif. Dalam lingkungan tersebut, reaksi hidrolisis dan asidolisis serta proses pelindihan (leaching) terpacu kuat. Asidolisis berlangsung kuat karena air infiltrasi dan perkolasi mengambil CO2 hasil mineralisasi bahan organik berupa serasah hutan dan hasil pemafasan akar tumbuhan hutan. Asidolisis diperkuat dengan asam organik yang dihasilkan oleh perombakan bahan organic yang tidak sempurna. Kemasaman serasah juga berkaitan dengan jenis tumbuhan yang menghasilkannya. Ini bergantung pada imbangan gugus asam dengan gugus basa yang asa dalam jaringan. Ada tumbuhan yang menghasilkan serasah masam (misalnya conifer) dan ada yang menghasilkan serasah tidak masam (misalnya pohon kayu keras). Pembandingan tumbuhan masam dengan yang tidak masam menunjukkan bahwa yang masam berkadar Ca, Mg, K dan P jauh lebih randah sedang N jauh lebih tinggi dari pada yang ridak masam. Pelapukan masam di dalam hutan membebaskan basa dari mineral tanah secara cepat. Apabila hal ini berlangsung dalam suatu lingkungan yang berdaya lindi kuat pada akhirnya terbentuk tanah masam yang miskin hara Al, Fe, dan Mn menjadi banyak terbebaskan dan dapat melongok dalam jumlah yang meracun tanaman.  Persoalan yang bertambah berat apabila bahan induk tanah sudah bersifat masam dan kersikan (siliceous).
Ciri tanah ultisol yang menjadi kendala bagi budaya tanaman
1.      pH rendah
2.      Kejenuhan Al tinggi; kemungkinan besar juga Fe dan Mn aktif tinggi
3.      Lempung beraktivitas rendah (LAC) bermuatan terubahkan (Variable charge)
4.      Daya semat terhadap fosfat kuat
5.      Kejenuhan basa rendah; kadar Cu rendah dalam tanah yang berasal dari bahan induk masam atau batuan pasir; sedang kadar Zn biasanya cukup namun cenderung terilluviasi dalam horison B.
6.      Kadar bahan organic rendah dan itupun terlonggok dalam lapisan permukaan tipis (horison A tipis) dan dengan sendirinya kadar N pun rendah serta terbatas dalam lapisan perumukaan tipis itu
7.      Daya simpan air terbatas
8.      Jeluk (depth) efektif terbatas, terutama pada acrisol yang horizon arliknya berkembang tegas dan dangkal
9.      Derajat agresi rendah dan kemantapan agregat lemah yang menyebabkan tanah rendah  (susceptible) terhadap erosi yang menjadi kendala pada lahan belerang, dan rentan terhadap pemampatan (compaction) yang menjadi kendala, baik pada lahan berlereng, maupun pada lahan datar.
Penggunaan tanah ultisol ini adalah sebagai daerah pertanian. Air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan tinggi. Banyak merupakan daerah perladangan petani primitif. Biasanya memberi produksi yang baik pada beberapa tahun pertama, selama unsur-unsur hara di permukaan tanah yang terkumpul melalui proses biocycle belum habis. Reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang tinggi, kadar unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama untuk pertanian. Untuk penggunaan yang baik diperlukan pengapuran, pemupukan dan pengelolaan yang tepat. Penggunaan sebagai hutan dapat mempertahankan kesuburan tanah karena proses recycling. Basa-basa tercuci ke bagian bawah tanah, diserap oleh akar-akar tanaman hutan dan dikembalikan ke permukaan melalui daun-daun yang gugur. Bila hutan ditebang, maka tanaman semusim atau alang-alang tidak dapat melakukan recycle basa-basa (unsur hara) karena akar-akarnya tidak dalam.
Kendala tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan.Usaha perbaikan yang dapat dilakukan terhadap tanah jenis ini adalah pertama; Membenahi kemampuan tanah sehingga serasi dengan macam pemanfaatan atau bentuk penggunaan yang diinginkan (high-input technology). Kedua; memilih macam pemanfaatan atau bentuk penggunaan yang dapat diadaptasikan pada kemampuan asli tanah (low-input technology).Teknologi tradisional yang paling cocok diterapkan adalah budidaya ladang. Teknologi ini mengicak kekuatan alam dengan hutan berperan dalam mendaur-ulangkan hara dan memugar kandungan hara lapisan perakaran.

0 komentar:

Posting Komentar