Pada umumnya,
mineral di dunia ini ada banyak jumlahnya, setahu ane juga yang udah diberi
nama lebih dari 3000 (mungkin kudu pikir-pikir lagi kalo ada yang punya niat
buat ngapalin). Dan mungkin yang paling familiar di telinga kita ya mineral
kuarsa, karena dia yang paling melimpah dan paling tahan terhadap proses
pelapukan dan erosi. Selain itu, mineral ini hampir ditemukan di semua jenis
batuan (beku, sedimen, metamorf –red). Tapi
ternyata masih banyak mineral di bumi ini yang memiliki persentase lebih besar
dari si kuarsa tersebut. Salah satunya
mineral yang bakalan ane bahas sedikit disini.
Ditahun
2014 ini, para peneliti sudah banyak melakukan penelitian terhadap dunia sains,
terutama di bidang geologi. Penelitian terbaru dan informasinya juga masih
anget yaitu pemberian nama dari sebuah mineral yang notabene kata para ilmuwan
terutama geologist sangat melimpah di bumi. Dan lagi-lagi peneliti dari amerika
lah yang memberi nama tersebut. BRIDGMANITE diklaim merupakan salah satu mineral
dengan jumlah yang sangat melimpah di bumi, sebelum dikenal dengan nama
bridgmanite, para ilmuwan memberikan nama perovskite pada material tersebut.
Nama bridgmante akhirnya diberikan oleh para tim geologis asal amerika pada
jurnal meraka SCIENCE setelah melakukan beberapa penelitian yang ternyata menggunakan
sampel mineral dari meteorit gan.(lah
kok gitu?).
(sumber gambar: mindat.org)
Proses
pemberian namanya ini sendiri gak segampang membalikan kedua belah tangan gan.
Perlu ada proses, dan bagian yang sulitnya, sebelum nama di sematkan ke sebuah
mineral, minimal harus ada sample yang bisa dideskripsikan. (ya yang dibumi
gampang, lah yang diluar angkasa gimana ceritanya coba). Awalnya, para ilmuan dibidang kebumian telah
mengetahui bahwa sekitar 70 persen penyusun mantel bumi bagian bawah merupakan
mineral dengan densitas yang tinggi dan komposisi magnesium iron silicate yang
mana kurang lebih 38-60 persen dari total volume bumi. Tapi masalahnya, mineral ini gak ada dihampir
semua planet lainnya sehingga samplenya pun jadi sulit buat diteliti.
Dan
masalah lainnya adalah belum memungkinkannya untuk kita dalam waktu dekat ini
mengebor sampai ke mantel bagian bawah (lower mantle) dengan kedalaman hingga
670km, sehingga kita gak tau bagaimana kondisi dan situasi di dalam bumi. Dan
selama ini kita hanya bisa memprediksi komposisi batuan penyusun bumi dari
seimik atau getaran yang dibuat oleh bumi itu (bisa melalui gempa bumi) sendiri
yang diukur berdasarkan cepat rambat aliran gelombangnya yang dihubungkan
dengan densitas batuan.
Nah
untuk mensiasati masalah tersebut, para peneliti kemudian mencoba menganalisis
meteorite yang jatuh di bumi pada waktu lampau, yang dianggap sama material
penyusunnya dengan material penyusun bumi. Material luar angkasa yang dijadiin
sample itu merupakan salah satu chondrite yang pernah jatuh di daerah Queensland,
Australia (ya kurang lebih deket lah dari rumah ane) tahun 1879. Dan nama
sukarelawan (meteorit) tersebut adalah meteorit tenham. Penelitian pada sampel
tersebut dilakukan dengan menggunakan metode x-ray yang dikombinasikan dengan
mikroskopelektron.
Pemberian
nama Bridgmanite itu sendiri diambil dari salah satu nama ilmuan asal negri
paman Sam (amerika), Percy Bridgman dimana om adalah “the father of
high-pressure experiments” dan udah dapet piala nobel tahun 1946 dibidang
fisika. Nah, komposisi mineralnya itu sendiri adalah (Mg,Fe)SiO3 dengan sistem
kristal ortorombik.