Nah, sekarang ane mau coba berbagi tentang migrasi. Bukan migrasi penduduk ye, tapi migrasi hidrokarbon, mudah-mudahan ane gak salah menafsirkan. (Amiin Ya Allah).
Oke ane mulai ye.
Awalnya pembentukan petroleum oleh degradasi termal dari
kerogen didasarkan melalui proses kimia yang terutama dikontrol oleh
temperature. Migrasi petroleum dari ‘place of origin’ dalam batuan induk ke
tempat akumulasi (place of accumutaion) dalam perangkap reservoir dikontrol
oleh faktor fisika dan kondisi fisika-kima dari sediment yang dilalui oleh
minyak. Tekanan merupakan faktor utama yang mempengarusi proses tersebut. 2
jenis temperature yang dapat dibedakan pada bawah permukaan. Tekanan
hidrostatis yang merupakan gaya dari
fluida yang berhubingan dengan pori yang terisi oleh air pada kedalaman
tertentu, dan tekanan lithostatic yang merupakan penjumlahan dari berat batuan
yang ditransmikian dari permukaan yang berhubungan dengan kedalaman ditambaha
berat dari batuan dalam keadaan jenuh air. Terdapat 2 jenis migrasi yaitu
migrasi primer dan migrasi sekunder.
Migrasi primer
Migrasi primer dari petroleum mengikuti gradient
tekanan dari jarak pusat batuan induk yang telah matang kearah kontak dengan
lapisan reservoarnya. Salah satu faktor yang memepengaruhi migrasi primer
adalah kompasi sedimen yang berhubungan dengan pembebanan overburden. Kompaksi
didapatkan melalui pengurangan spasi pori yang berhungan dengan keluarnya air
didalam pori.
Mekanisme terjadinya ekspulsi (migrasi primer) adalah
melalui metode porosity saturation. Metode ini menggambarkan bahwa selama
proses pematangan, bahan organic diubah menjadi minyak. Pembentukkan minyak
yang mengisi pori diakibatkan oleh penghancuran kerogen. Minyak tersebut
menguasai resistensi kapiler dan mulai untuk bermigrasi. Terjadinya
Overpressure yang disebabkan oleh konversi dari kerogen menjadi minyak dan gas
dalam bentuk mikro dalam batuan menyebabkan minyak dan gas bermigrasi pada fase
fluida. Faktor lain yang mengontrol migrasi primer adalah geometri sedimen pada
batuan induk. Expulsion efficiency leih besar ketika batuan induk mempunyai
ketebalan yang tipis dan hidrokarbon memiliki jarak yang lebih pendek untuk
migrasi ke lapisan yang lebih permeable (carrier bed).
Migrasi sekunder
Setelah petroleum melewati batuan induk/kontak
dengan lapisan reservoir, terjadi kondisi fisik yang beberda. Secara signifikan
menjadi memiliki porositas yang lebih tinggi, permeabilitas dan ukuran pori
yang membuat minyak dapat berpindah tempat. Perpindahan tersebut terjadi pada fase minyak yang lain yang dikontrol oleh
gaya buoyancy yang berhubungan dengan perbedaan densitas antara petroleum dan
air. Semakin bersar volume antara minyak dan air semakin meningkat gaya
buoyancynya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah gaya hidrodinamis sedangkan
gaya yang melawan kedua gaya tersebut adalah tekanan kapiler. Jika batuan
memiliki lubang pori yang sangat sempit, perpindahan secara kapiler akan lebih
dominan dibandingkan gaya buoyancy, sehingga proses entrapment terjadi. Migrasi
petroleum pada lapisan reservoir batupasir dipengaruhi oleh gaya buoyancy dan
oleh sebab itu akan mengarah langsung pada lapisan batuan yang cenderung
miring. Perpindahan ini dikenal sebagai updip migration.
Oke cukup dulu, ntar ane update lagi lah ye.