Kamis, 28 Juni 2012

Migrasi petroleum

Nah, sekarang ane mau coba berbagi tentang migrasi. Bukan migrasi penduduk ye, tapi migrasi hidrokarbon, mudah-mudahan ane gak salah menafsirkan. (Amiin Ya Allah).
Oke ane mulai ye.

Awalnya pembentukan petroleum oleh degradasi termal dari kerogen didasarkan melalui proses kimia yang terutama dikontrol oleh temperature. Migrasi petroleum dari ‘place of origin’ dalam batuan induk ke tempat akumulasi (place of accumutaion) dalam perangkap reservoir dikontrol oleh faktor fisika dan kondisi fisika-kima dari sediment yang dilalui oleh minyak. Tekanan merupakan faktor utama yang mempengarusi proses tersebut. 2 jenis temperature yang dapat dibedakan pada bawah permukaan. Tekanan hidrostatis  yang merupakan gaya dari fluida yang berhubingan dengan pori yang terisi oleh air pada kedalaman tertentu, dan tekanan lithostatic yang merupakan penjumlahan dari berat batuan yang ditransmikian dari permukaan yang berhubungan dengan kedalaman ditambaha berat dari batuan dalam keadaan jenuh air. Terdapat 2 jenis migrasi yaitu migrasi primer dan migrasi sekunder.
Migrasi primer
Migrasi primer dari petroleum mengikuti gradient tekanan dari jarak pusat batuan induk yang telah matang kearah kontak dengan lapisan reservoarnya. Salah satu faktor yang memepengaruhi migrasi primer adalah kompasi sedimen yang berhubungan dengan pembebanan overburden. Kompaksi didapatkan melalui pengurangan spasi pori yang berhungan dengan keluarnya air didalam pori.
Mekanisme terjadinya ekspulsi (migrasi primer) adalah melalui metode porosity saturation. Metode ini menggambarkan bahwa selama proses pematangan, bahan organic diubah menjadi minyak. Pembentukkan minyak yang mengisi pori diakibatkan oleh penghancuran kerogen. Minyak tersebut menguasai resistensi kapiler dan mulai untuk bermigrasi. Terjadinya Overpressure yang disebabkan oleh konversi dari kerogen menjadi minyak dan gas dalam bentuk mikro dalam batuan menyebabkan minyak dan gas bermigrasi pada fase fluida. Faktor lain yang mengontrol migrasi primer adalah geometri sedimen pada batuan induk. Expulsion efficiency leih besar ketika batuan induk mempunyai ketebalan yang tipis dan hidrokarbon memiliki jarak yang lebih pendek untuk migrasi ke lapisan yang lebih permeable (carrier bed).
Migrasi sekunder
Setelah petroleum melewati batuan induk/kontak dengan lapisan reservoir, terjadi kondisi fisik yang beberda. Secara signifikan menjadi memiliki porositas yang lebih tinggi, permeabilitas dan ukuran pori yang membuat minyak dapat berpindah tempat. Perpindahan tersebut terjadi  pada fase minyak yang lain yang dikontrol oleh gaya buoyancy yang berhubungan dengan perbedaan densitas antara petroleum dan air. Semakin bersar volume antara minyak dan air semakin meningkat gaya buoyancynya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah gaya hidrodinamis sedangkan gaya yang melawan kedua gaya tersebut adalah tekanan kapiler. Jika batuan memiliki lubang pori yang sangat sempit, perpindahan secara kapiler akan lebih dominan dibandingkan gaya buoyancy, sehingga proses entrapment terjadi. Migrasi petroleum pada lapisan reservoir batupasir dipengaruhi oleh gaya buoyancy dan oleh sebab itu akan mengarah langsung pada lapisan batuan yang cenderung miring. Perpindahan ini dikenal sebagai updip migration.

Oke cukup dulu, ntar ane update lagi lah ye.

0 komentar:

Posting Komentar