Kamis, 28 Juni 2012

Petroleum generation (Pembentukan Petroleum)

Salam. Sebelum bulan Juni ini kelar, ane mau coba posting lagi. sekarang udah mulai sibuk, jadi ini blog kayaknya mulai terbengkalai, tapi ane coba untuk tidak mentelantarkannya sehingga terbesit dipikiran ane untuk mengaktifkannya kembali (buset ngomong bae, kapan postingnye?).
Oke ane mulai.

Pada awalnye minyak dan gas dibentuk oleh degradasi thermal dari kerogen dalam lapisan batuan induk. Dengan penambahan  kedalaman (timbunan), temperature dalam batuan meningkat dan tentu saja temperature threshold (batas) dan secara kimia, bagian yang kurang stabil dari kerogen akan mulai berubah menjadi petroleum (jeng injeng). Mekanisme reaksi utama adalah hancurnya ikatan karbon (cracking), yang membutuhkan  energy termal yang melampaui tingkatan minimum (activation energy). Activation energy bervariasi berdasarkan posisi dan jenis dari ikatan karbon dalam struktur kerogen. Ikatan antara karbon dan heteroatom (N, S dan O) lebih kurang stabil dan mudah untuk hancur. Hasil pertama yang dibentuk oleh batuan induk selama penimbunan (burial) adalah N, S, dan O yang terikat bersama dengan karbon dioksida dan air. Pada tingkat temperature yang lebih tinggi, senyawa petroleum dibentuk dengan cracking oleh ikatan karbon dalam struktur kerogen dengan cara penghilangan bagian panjang dari rantai aliphatic dan struktur cincin yang jenuh (aromatic). Reaksi tersebut menghasilkan perubahan gradual dalam komposisi dasar kerogen terutama dalam peningkatan kandungan hydrogen. Proses dari kerogen yang bertransformasi seiring dengan meningkatnya temperature dinamakan maturasi, yang dibagi menjadi catagenesis dan mentagenesis.
Panas (atau dalam kamus anak kecil 'Nanas') merupakan faktor utama dalam kematangan dan reaksi pembentukan petroleum. Interval temperature dimana pembentukan minyak sedang terjadi dikenal sebagai “liquid window” atau “oil window”, yang cenderung mengarah pada interval sekitar 80-150oC.  parameter maturasi yang umum digunakan adalah vitrinite reflectance (Ro) dan biomarker maturity ratios. Partikel vitrinite merupakan komponen petunjuk yang tersebar luas dalam batuan induk yang dapat diidentifikasi dibawah mikroskop refleksi. Dengan bertambahnya maturasi, tingkat kekilapan dari partikel vitrinie untuk merefleksikan cahaya putih meningkat (gas lebih tinggi dibandingkan minyak).
Alasan mengapa perubahan gradual dari minyak ke kondensat hingga pembentukan gas terjadi adalah suplai dari struktur yang kaya hydrogen dalam kerogen meningkat. Batuan induk dengan tipe kerogen III, akan cenderung membentuk sedikit minyak dan dominan gas serta kondensat hanya setelah tingkat kematangan dari refleksi vitrinite sebesar 0.7% tercapai. Asal dari gas alam lebih komplek. Baik kandungan hidrokarbon maupun nonhidrokaron memiliki sumber yang bersifat multiple. Prisip dasar dari batuan induk hidrokarbon dengan kandungan gas adalah:
a) bakteri methanogenic; b) kerogen dengan semua tipe; c) batubara; d) cracking dari ikatan panjang hidrokarbon dalam reservoir dan batuan induk dengan kandungan minyak.
Parameter lain yang mempengaruhi maturiti  adalah specific biomarker ratio. Tekanan yang berhubungan dengan temperature merupakan faktor utama yang membuat perubahan dalam stereochemistry dari molekul biomarker secara individu. Susunan spasial dari kelompok methyl khusus (-CH3) atau ataom hydrogen sebagai bagian dari sistem berbentuk cincing atau ikatan persegi, berubah secara sistematis sebagai fungsi dari meningkatnya temperature. Selama pementukan petroleum, beberapa reaksi terjadi. Reaksi tersebut dikontrol oleh reaksi kinetic yang berbeda (activation energy, frequency factor, etc).
nah, sekian dulu untuk thread ini, ntar ane update lagi.

0 komentar:

Posting Komentar